Puisi : Mamak yang Jauh

Mamak yang Jauh

Oleh : Armunadi

Mamakku, mamakmu,
jauh di Singapura, di Hongkong,
Bukan mamak yang membimbing tangan kemenakan,
Tapi mesin besi memuntahkan angka,
Ditabur di udara, seperti mimpi dalam gelap,
Dikejar penuh harap, walau sering berakhir sia-sia.

Mamak yang dekat, suaranya parau,
Keruntungnya tak lagi berisi,
Kantong kecil di pinggang, kosong melompong,
Tak ada bunga emping sawah yang tandus,
bunga pasir, tergerus tsunami zaman,
Tak ada sawah, tak ada ladang warisan,
Hanya doa yang tenggelam dalam debu zaman.

Pusaka yang tinggi kini tinggal serpihan memorabilia,
Senyap tergadai di awan hitam dan turun bersama badai,
Keberuntungan tak pernah pulang bersama petang.
Kau bertaruh pada angan,
Mengira nasib baik bisa dipetik seperti daun lontar,
Merajahnya dengan ayat-ayat prediksi,
Hanya menguras janji, tak pernah menggenapi.

Di mana teruka yang dulu?
Mamak yang dulu menjaga garis dan batas?
semuanya tenggelam dalam kuah mie instan dan kertas bungkus nasi,

Menunggu keajaiban dari mamak yang jauh, walau senyumnya palsu dan janjinya manis, namun sesekali juga bikin wajah berseri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Taman Budaya: Mandat, Tantangan, dan Harapan untuk Masa Depan

Review Puisi Esai “Nasionalisme di Era Algoritma” oleh Denny JA

Nan Jombang: Dari Eksistensi ke Ikon Seni Pertunjukan Dunia