Spirit "Mambangkik Batang Tarandam" dalam Pembangunan Keluarga dan Bangsa

Dalam era modern yang terus berkembang, seringkali tradisi masa lalu terasa jauh dan terasing. Namun, di balik lapisan waktu dan perubahan, terdapat nilai-nilai yang abadi yang membingkai esensi kemanusiaan kita. Salah satunya adalah "mambangkik batang tarandam" dalam budaya Minangkabau, yang melambangkan lebih dari sekadar pembangunan fisik rumah gadang, tetapi juga membangun kejayaan dan kehormatan keluarga.

Pada masa lalu, proses pembangunan Rumah Gadang dilakukan dengan penuh perhitungan dan pertimbangan yang matang, mulai dari pemilihan pohon kayu terbaik hingga perlakuan khusus pada kayu tersebut sebelum digunakan. Kayu direndam dalam air berlumpur selama bertahun-tahun agar kuat dan tahan dari serangan rayap, baru kemudian diolah untuk bahan pembuatan rumah gadang.

Sementara menunggu waktu yang tepat, para anak muda pergi merantau untuk mencari pengalaman sekaligus mengumpulkan biaya untuk pembangunan rumah gadang bagi saudara perempuan yang akan melahirkan kemenakannya nanti. Membangun rumah gadang berarti mengeluarkan kayu yang terendam di kolam berlumpur. Inilah yang disebut "mambangkik batang tarandam", yaitu mengeluarkan kayu dari perendaman.

"Mambangkik batang tarandam" memiliki arti yang mendalam, meliputi keluar dari kampung halaman, menghadapi banyak tantangan dan pengorbanan untuk mendapatkan pengalaman dan biaya untuk membangun rumah gadang, demi mengangkat harkat dan martabat keluarga agar bisa sejajar dengan kaum yang lain.

Membangun rumah gadang, pengertiannya tidak hanya sebatas mendirikan bangunan rumah yang kokoh secara fisik. Lebih dari itu, membangun rumah gadang berarti membangun keluarga, membangun kaum, sebagai tempat untuk melahirkan kebijaksanaan dalam menata kehidupan, dan tempat menyelesaikan konflik.

Di zaman modern ini, orang tidak lagi melakukan hal seperti itu untuk membangun rumah, namun esensi dari "mambangkik batang tarandam" masih sangat berharga untuk dipertahankan. Ini bukan sekadar tentang membangun rumah, tetapi juga tentang membangun komunitas yang kuat dan harmonis. Ini tentang semangat membela keluarga, membela kaum, bangsa, dan negara. Semangat untuk mengangkat harkat dan martabat agar sejajar dengan yang lain.

Dalam kehidupan bernegara, gedung Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi yang mirip dengan rumah gadang. Gedung Dewan Perwakilan Rakyat adalah tempat untuk membangun bangsa, sebagai tempat melahirkan kebijaksanaan untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara. "Mambangkik batang tarandam" dalam konteks ini tidak hanya sebatas membangun gedung yang indah dan kokoh, tetapi juga membangun semangat untuk membela anak bangsa, membangun kepedulian untuk mengangkat harkat dan martabat anak bangsa agar sejajar dengan bangsa lain. Rumah yang tidak memiliki semangat itu di dalamnya adalah rumah yang kosong, rumah tanpa jiwa.

"Mambangkik batang tarandam" bukanlah warisan usang dari masa lalu. Ia adalah panggilan yang akan selalu menggema dalam relung-relung kehidupan kebangsaan yang menuntut untuk selalu disempurnakan. Memahami ini adalah sesuatu yang penting, agar kita dapat membangun bangsa yang lebih berdaya dan harmonis, menjaga warisan budaya, dan merangkul masa depan dengan optimisme dan keberanian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Taman Budaya: Mandat, Tantangan, dan Harapan untuk Masa Depan

Review Puisi Esai “Nasionalisme di Era Algoritma” oleh Denny JA

Nan Jombang: Dari Eksistensi ke Ikon Seni Pertunjukan Dunia